Kurangnya semangat para pembina dan orang tua untuk membawa anak didik ke ‘alam liar’.
Kebanyakan orang tua jaman sekarang sangat ‘over-protective’ terhadap anak-anaknya. Orang tua jarang membiarkan anaknya untuk pergi berkemah dalam kelompok dan sangat takut anaknya nati akan sakit karena tidur di luar selama beberapa hari. Saya dulu juga teringat ketika masa-masa kelas 4 SD/MI ikut berkemah ke sana kemari. Ibu sangat khawatir dan membawakan barang macam-macam yang menurut saya berlebihan. Kadang saya minta saran kepada ayah akan barang apa saja yang dibutuhkan sehingga barang-barang akan lebih ringan. Ayah senang mengajarkan anaknya hidup prihatin dan seadanya sehingga siap menghadapi segala kemungkinan terburuk. Ketika berkemah, ternyata apa yang ditakutkan orang tua saya tidaklah seseram yang dibayangkan. Pembina mengajarkan bagaimana bertahan hidup ketika di alam liar termasuk menggunakan tongkat untuk bermacam-macam keperluan ketika memanjat gunung. Mulai dari menjadikan tongkat sebagai alat bantu jalan, sampai menggabungkan beberapa tongkat menjadi satu dengan simpul tertentu untuk membangun jembatan atau tenda kecil.
Kadang hal ini juga bukan hanya sepihak dari orang tua tapi dari guru itu sendiri. Karena pembinanya kurang kompeten, biasanya mereka akan takut untuk membawa anak-anak ke alam bebas karena sang guru sendiri tidak punya bekal cukup untuk survival atau berkemah. Mereka takut kena damprat orang tua kalau-kalau terjadi sesuatu yang salah ketika berkemah. Semangat kepramukaan yang kurang kuat dalam diri pembina membuat pembina ragu-ragu untuk membawa anak-anak berkemah ke dunia yang agak sedikit liar. Paling juga mengajak anak-anak ke bumi perkemahan yang reputasinya jauh lebih baik.
Ada masalah lagi yang muncul dari bumi perkemahan. Seorang teman saya sempat kapok mengikuti pramuka karena pernah ikut berkemah di Bumi Perkemahan Cibubur. Di sana banayk orang berjualan dan menjadikan berkemah tidak lagi mengasyikkan karena kurangnya paparan dengan alam liar. Belum lagi Bumi Perkemahan Cibubur tidak hanya dipakai untuk berkemah tapi juga dijadikan tempat untuk kongser dangdut dan hajatan. Hal ini membuat bumi perkemahan tidak lagi layak sebagai sarana membantu anak-anak pramuka punya potensi belajar keterampilan di alam liar.
- Tidak perlunya keterampilan di alam liar karena bantuan alat-alat modern.
Seperti yang saya katakan sebelumnya, di zaman modern ini, anak-anak cenderung malas pergi keluar dan mencari petualangan di luar rumah. Adanya PlayStation, Nintendo Wii, PC membuat anak-anak merasa senang terkurung di rumahnya sendiri. Anak-anak zaman dulu yang senantiasa mengadakan eksplorasi ke hutan-hutan sudah tidak ada lagi. Mendapatkan High-score di online game menjadi jauh lebih menarik ketimbang eksplorasi harta karun di kebun-kebun dekat rumah. Keterampilan untuk membangun tenda dan menggunakan berbagai sandi dan simpul yang dulu saya anggap keren sudah dianggap ketinggalan zaman. Signifikansinya juga sudah berkurang karena anak-anak cenderung malas pergi ke alam liar dan berkurangnya hutan-hutan yang menarik untuk dikunjungi karena adanya penebangan liar dan pengubahan hutan-hutan dekat kota menjadi pemukiman. Kecuali ada kecelakaan pesawat parah dan anda terdampar di suatu pulau tanpa sinyal handphone mungkin keterampilan itu baru akan digunakan.